MAKALAH PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu bentuk
pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas
atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas
yang berbeda. PKR juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang
berbeda.
Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, tidak selamanya
guru SD atau guru kelas bisa terus mengajar. Ada kalanya, guru tersebut ada
halangan yang menyebabkannya tidak bisa hadir menjalankan tugasnya sebagai guru
yaitu melaksankan pembelajaran di sekolah. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan
menghambat pelaksanaan tugas pembelajaran dan hak siswa dalam menuntut ilmu di
SDN 1 Pinang Jaya.
Maka dari itu, pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap tidak
bisa dihindarkan. Untuk memenuhi hak siswa mendapatkan pembelajaran yang
semestinya. Pembelajaran harus tetap berlangsung. Guru akan mendapatkan
pemahaman bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus
dihadapai sebagai tugas guru SD. Di samping itu PKR, bukan saja sekedar
kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa
kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar di kelas rangkap.
Dalam laporan ini akan dibahas dari teori mengenai PKR
dengan pelaksanaan PKR di lapangan. Meskipun tidak berada di daerah terpencil
ternyata pelaksanaan PKR masih dibutuhkan. Kita akan melihat bagaimana pelaksanaan
PKR pada daerah perkotaan yang ternyata kondisi sekolahnya masih bagus.
B. Rumusan Masalah
1.
Mengapa
pembelajaran kelas rangkap diperlukan di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung?
2.
Faktor-faktor apa
saja yang menjadikan suatu sekolah dapat menjalankan PKR?
3.
Kendala
apa yang dihadapi saat pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di SDN 1 Pinang
Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung?
4.
Bagaimanakah sarana
dan prasarana kelas dalam mendukung kegiatan pembelajaran kelas rangkap?
5.
Bagaimanakah penyusunan
rencana pembelajaran kelas rangkap di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota
Bandar Lampung?
6.
Bagaimana model dan
prinsip apa dalam pengelolaan kelas di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari laporan observasi ini adalah:
1.
Menjelaskan
mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan
Kemiling Kota Bandar Lampung.
2.
Untuk mengetahui
faktor-faktor yang menjadikan suatu sekolah dapat menjalankan PKR.
3.
Mengetahui
proses pembelajaran serta kendala apa yang dapat terjadi pada proses PKR.
4.
Untuk mengetahui
sarana dan prasarana kelas dalam mendukung kegiatan pembelajaran kelas rangkap.
5.
Untuk mengetahui penyusunan
rencana pembelajaran kelas rangkap di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota
Bandar Lampung.
6.
Untuk mengetahui model
dan prinsip dalam pengelolaan kelas di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling
Kota Bandar Lampung.
D. Manfaat Penulisan
Kegiatan observasi memberi manfaat bagi mahasiswa PGSD
sebagai bekal untuk mengajar di SD dan memberi pengalaman serta pengetahuan
tentang keadaan lingkungan sekolah dasar yang meemiliki beberapa keterbatasan
dalam pembelajaran. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan
dan pengalaman yang pada akhirnya dapat menjadi tenaga profesional yang mampu
mengadakan inovasi dalam bidang pendidikan.
E. Teknik Pengumpulan
Data
Pengumpulan data pada observasi di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung
Provinsi Lampung dilakukan dengan menggunakan teknik nontes yaitu observasi dan
wawancara.
1.
Observasi ( pengamatan )
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan
(tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan
terutama indra penglihatan, dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Dilakukan sesuai
dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
b. Direncanakan secara
sistematis.
c. Hasilnya dicatat
dan diolah sesuai tujuan.
d. Perlu diperiksa
ketelitiannya.
2. Wawancara
Wawancara merupakam teknik untuk mengumpulkan informasi
melalui komunikasi langsung dengan responden atau orang yang diminta informasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Pembelajaran Kelas
Rangkap
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan
model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau
tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru
saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal
utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada
siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk
mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap adalah
satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih
tingkat kelas yang berbeda dengan pembelajaran yang telah direncanakan. PKR juga
mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih
dan menghadapi siswa-siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda.
B. Alasan Diadakannya Kelas Rangkap
Beberapa
hala yang mendasari yang mejadi alasan mengapa pembelajaran kelas rangkap (PKR)
diperlukan, yaitu sebagai berikut.
a. Alasan
Geografis
Sulitnya
lokasi, terbatasnya sarana transportasi, permukiman yang berpindah-pindah dan
adanya mata pencaharian khusus, seperti menangkap ikan, menebang kayu dan
sebagainya, mendorong penggunaan PKR. Saat itu (1995), demam mencari emas
sedang memanas di Kalimantan Tengah. Di desa karombang misalnya, diantara penambang
mas tradisional ada yang memboyong anak-anaknya yang sudah berumur seusia anak
SD. Di antaranya bahkan ada yang sudah duduk di SD. Dengan kondisi ini, sekolah
dengan satu guru (one-school teacher)
adalah solusinya.
b. Alasan
Demografis
Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apa
lagi tinggal di daerah pemukiman yang amat jarang maka PKR dinilai sebagai
pendekatan pembelajaran yang praktis..
c. Kekurangan
Guru
Walaupun
jumlah guru secara keseluruhan mencukupi, sulit untuk mencari guru yang dengan
suka cita mengajar di daerah terpencil. Praktik penempatan guru SD mirip
kerucut terbalik. Yang lancip adalah SD di daerah terpencil dan jumlah guru
yang tersedia bertugas di daerah terpencil. Terbatasnya sarana transportasi,
alat dan media komunikasi dapat menciutkan nyali guru untuk bertugas di daerah
terpencil. Belum lagi harga keperluan sehari-hari yang jauh lebih mahal daripada
di daerah perkotaan, sementara besarnya gaji yang diterima tidak berbeda.
Ditambah dengan tanggal gajian yang lambat dan tidak teratur, dan terbatasnya
peluang untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan lanjutan, serta pengembangan
karier maka lengkaplah sudah minat guru untuk mengadu nasib di daerah
terpencil.
d. Terbatasnya ruang kelas
Walau jumlah muridnya cukup besar, jumlah ruang
kelas yang tersedia jauh lebih kecil daripada rombongan belajar. Salah satu
jalan untuk mengarasi masalah ini adalah menggabungkan dua atau lebih rombongan
yang diajar oleh seorang guru, dan tentu saja PKR diperlukan.
e. Kehadiran
guru
Alasan ini tidak hanya berlaku bagi SD daerah
terpencil, di kota besar pun juga berlaku. Seperti di Jakarta, musibah banjir
dapat menghambat guru untuk datang mengajar. Guru yang tidak kena musibah atau
beruntung karena berumah dekat sekolah, harus mengajar kelas yang tidak ada
gurunya.
f.
Alasan
lainnya
Ketika yang dihadapi seorang guru
baik ia mengajar di daerah terpencil maupun diperkotaan adalah menghadapi murid
dengan tingkat kemampuan dan kemajuan belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun
dapat terjadi diruang dan tingkat kelas yang sama. Di daerah perkotaan yang padat
penduduknya ada kemungkinan seorang guru menghadapi murid lebih dari 40 atau 50
orang hal ini juga dapat terjadi disatu sekolah favorit karena besarnya minat
orang tua untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut, sementara
jumlah ruang kelas dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi. Sudah barang
tentu, sulit untuk mengharapkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang
efektif (Susilowati, dkk.).
Dalam konteks seperti ini maka PKR
dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat. Satu ruang kelas yang tadinya
berjumlah 40 orang atau lebih, yang diajar oleh seorang guru pada waktu dan
dalam mata pelajaran yang sama maka dengan PKR dimungkinkan memilah murid
menjadi dua kelas atau lebih subkelas yang terdiri atas 10-20 murid. Disetiap
subkelas inilah, dalam waktu yang hamper bersamaan, berlangsung pembelajaran
denga bimbingan guru, tutor sebaya atau tutor kakak. Dengan demikan, pengertian
perangkapan tidak lagi semata-mata dilihat dari dua atau lebih tingkat kelas
yang berbeda, tetapi juga dalam satu tingkat kelas yang sama, namun terdiri
dari murid dengan tingkat kemampuan dan
kemajuan yang berbeda. Perbedaan kemampuan dan kemajuan diantara murid pada
tingkat kelas yang sama dapat terjadi tidak hanya dalam satu mata pelajaran
yang sama, tetapi juga dalam mata pelajaran yang brrbeda.
Namun saat ini pengertian PKR di
Indonesia ditekankan pada mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda
pada waktu yang sama (Susilowati, dkk.).
C. Tujuan, Fungsi, Dan Manfaat PKR
Adapun tujuan, fungsi, dan
manfaat PKR dapat kita kaji dari aspek berikut :
1.
Quantity
dan Equity
Dengan
mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan kita untuk memenuhi asas
quantity (jumlah) dan equity (pemerataan). Dengan jumlah guru yang kita miliki
saat ini, kita dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih
luas dan mencakup jumlah murid yang lebih besar jumlahnya, disamping itu kita
mampu memberikan layanan yang lebih adil dan merata.
2.
Ekonomis
PKR
memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya pendidikan.
Betapa tidak, dengan seorang guru atau beberapa guru saja proses pembelajaran
dapat berlangsung. Demikian juga dengan satu ruang atau beberapa ruang kelas,
proses pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya
pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat akan lebih kecil.
Oleh karena itu, dengan jumlah dana pendidikan yang sama, perluasan pelayanan
pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yang sulit, kecil, dan terpencil
sekalipun.
3.
Pedagogis
Sudah seringkali bahwa pendidikan kita di kritik sebagai sistem
yang belum mampu menghasilkan lulusan atau tenaga kerja yang mandiri. Lulusan
kita dinilai kurang kreatif, bahkan cenderung pasif dan mudah menyerah.
Pengalaman sejumlah negara yang mempraktikkan PKR menunjukkan bahwa, strategi
ini mampu meningkatkan kemandirian murid. Apabila Anda mempelajari lebih lanjut
pembahasan unit-unit dalam PKR, maka Anda akan menyimak bahwa seorang guru
dalam PKR akan berusaha agar murid aktif dan mandiri.
4. Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah
dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah dijangkau oleh anak. Dengan demikian
kekawatiran orang tua terhadap keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD
yang jauh dapat menyebabkan anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya
pengulangan kelas atau putus sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan
pada saat murid pergi atau pulang sekolah.
D. Prinsip yang Mendasari PKR
PKR
mempunyai prinsip khusus sebagai berikut:
a.
Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam PKR guru menghadapi dua kelas
atau lebih pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah
kegiatan belajar mengajar terjadi secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yang
terjadi secara serempak itu harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai
tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum atau kebutuhan siswa dan dikelola
dengan benar. Dengan demikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan siswa hanya
untuk mengisi kekosongan saja , maka bukan PKR yang diharapkan.
b.
Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi.
Selama PKR berlangsung, siswa aktif
menghayati pengalaman belajar yang bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada
banyaknya WKA yang hilang karena guru tidak terampil mengelola kelas. Misalnya,
waktu tunggu yang lama, pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas
yang memakan waktu. Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar
WKA.
c.
Kontak Psikologis guru dan siswa yang berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu
berusaha dengan berbagai cara agar semua siswa merasa mendapat perhatian dari
guru secara terus-menerus. Agar mampu melakukan hal ini, guru harus menguasai
berbagai teknik. Menghadapi dua kelas atau lebih pada saat yang bersamaan dan
kemudian mampu meyakinkan siswa bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan
pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional dan
tindakan pengelolaan yang tepat.
Tindakan instruksional adalah
tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum, seperti
menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan pertanyaan. Tindakan pengelolaan
adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas
yang optimal. Misalnya, menunjukkan sikap tanggap dan peka, mengatur tempat
duduk, memberi petunjuk yang jelas atau menegur siswa.
d.
Pemanfaatan
Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa
peralatan/sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang tinggi, semua jenis
sumber harus dimanfaatkan secara efisien. Lingkungan, barang bekas, dan segala
peralatan yang ada di sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru PKR. Demikian dengan
orang dan waktu. Siswa yang pandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Waktu
harus dikelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang berkadar tinggi.
e.
Membiasakan siswa untuk mandiri
Apabila
guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka siswa akan terbiasa
mandiri. Kemampuan siswa untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru PKR
mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakin
tinggi.
E. Karakteristik PKR yang ideal
Ada
beberapa ciri PKR dikatakan sebagai suatu pembelajaran yang ideal misalnya :
a.
Kelas
tampak hidup, siswa tampak lebih ceria.
b.
Proses
belajar berlangsung serempak, apalagi siswa yang berbeda tingkat kelas ada
dalam satu ruang.
c.
Guru
memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber belajar.
d.
Siswa
aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak.
e.
Adanya
asas kooperatif-kompetitif, siswa bersemangat mengerjakan tugas.
f.
Belajar
sambil bermain.
g.
Ada
berhatian khusus bagi siswa yang lambat dan yang cepat.
h.
Guru
menggunakan berbagai seumber belajar.
i.
Prinsip
perangkapan kelas tidak hanya dalam bentuk mengajar dua tingkat kelas atau
lebih dalam satu ruang kelas atau lebih dan dalam waktu yang bersamaan.
j.
Guru
dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan siswa.
Untuk dapat menciptakan dan
memelihara suasana kelas yang memungkinkan optimal kualitas pembelajarannya dan
keterlibatan siswa, perlu pengelolaan kelas yang baik. Keterampilan mengelola
kelas mencakup kemampuan guru untuk :
o Menciptakan dan memelihara situasi
kelas yang optimal
Situasi
kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk mendorong
siswa melakukan tugas-tugas, dan waktu yang digunakan oleh siswa untuk
melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan situasi tersebut
guru sebaiknya terampil dalam:
1) Menanggapi dengan penuh perhatian
hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi belajar mengajar.
2) Memeratakan perhatian terhadap semua
kelompok secara visual maupun verbal. Bicara dengan jelas sehingga semua siswa
mendengar, arahkan pandangan ke semua siswa.
3) Memberikan penugasan kepada kelompok
dengan jelas sehingga siswa-siswa memahami tugas dan peranan serta tanggung
jawabnya dalam kegiatan belajarmengajar.
4) Memberi teguran dengan arif dan
bijaksana bila melihat terjadinya perilaku menyimpang dari siswa.
5) Memberikan penguatan verbal,
gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai dengan keperluan dan situasi
secara wajar.
o
Mengendalikan
kondisi belajar yang optimal
Bila ada siswa yang berperilaku yang
menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi harus dikendalikan. Hakikat belajar
adalah perubahan, maka bila Anda melihat adanya perilaku menyimpang harus
segera Anda ubah menjadi perilaku yang baik. Mengubah perilaku menyimpang dapat
dilakukan dengan cara:
1) Mengajarkan dan memberi contoh
perilaku yang diinginkan.
2) Menguatkan perilaku yang baik dengan
pujian yang wajar.
3) Memberi hukuman dengan cara yang
benar dan wajar terhadap perilaku menyimpang.
F. Peran Guru dalam
PKR
a. Sebagai
perancang kurikulum
Hal ini
bukan berarti guru menyimpang dari kurikulum yang berlaku bahkan untuk membuat
yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan serba kurang, tidak
semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin dilaksanakan dengan memadai.
Seringkali mengajarkannya dengan secara berurutanpun mengalami kesulitan. Oleh
karena itu guru PKR harus memilih butir atau bagian kurikulum yang memerlukan
penekanan. Atas dasar butir-butir itu guru memutuskan konsep dan fakta yang
akan diajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan instruksional yang ingin
dicapainya berdasarkan tingkat/kelas yang akan diajarkannya.
b.
Sebagai sumber informasi yang kreatif
Guru PKR harus kreatif, ia bukan saja
menjadi sumber informasi tatapi juga sebagai manusia sumber, berperan untuk
memecahkan keadaan yang serba kurang. Ia harus memberi arahan kepada muridnya
agar mereka tidak membuang-buang waktu dan tenaga, agar setiap murid terlibat
dalam segala macam kegiatan. Guru PKR senantiasa berusaha untuk mengaitkan mata
pelajaran yang diajarkannya dengan kegiatan yang lazim dilakukan anak dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Kaitan itu pun harus disesuaikan dengan
lingkungan mereka.
c.
Sebagai Administrator
Agar dapat mencapai hasil yang
maksimal, guru PKR harus merencanakan dan mengatur kelasnya dan jadwal
pelajaran dengan seksama. Hasil maksimal dapat dicapai jika guru PKR dapat
melibatkan muridnya secara aktif, bukan saja untuk belajar tetapi juga dapat
membantu guru mengajar teman-temannya yang tertinggal. Guru PKR juga harus
mampu memanfaatkan segenap sumber daya yang ada di desa, termasuk penduduk
setempat untuk membantu berlangsungnya proses pembelajaran dan pencapaian
tujuan pendidikan dan pengajaran.
d.
Sebagai seorang professional.
Guru PKR senantiasa berusaha untuk
meningkatkan kompetensinya dan meningkatkan gaya mengajarnya. Walapun
kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi sebagian
guru yang ada di daerah terpencil sulit diwujutkan, tetapi niat profesional
harus tetap dipelihara dan yang penting semangat itu selalu ada. Salah satu ciri
seorang guru professional adalah juga tidak cepat putus asa.
e.
Sebagai agen pembawa perubahan
Guru
berperan sebagai pengayom dan juga sebagai sosok yang mewakili misi moral dan
nilai dari masyarakat tempat dimana ia bertugas. Guru harus berusaha keras
untuk mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap dan perilaku anggota
masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan
anggota masyarakat setempat.
G. Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Beberapa
model yang sering digunakan dalam PKR adalah sebagai berikut :
a.
Model
PKR 221 : Dua Kelas, Dua Mata pelajaran, Satu Ruangan.
b.
Model
PKR 222 : Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Dua Ruangan.
c.
Model
PKR 333 : Tiga Kelas, Tiga Mata Pelajaran, Tiga Ruangan.
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Tempat
Observasi
Observator melakukan kegiatan
observasi di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Provinsi
Lampung.
Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SDN 1 Pinang Jaya Kec. Kemiling
Alamat : Jl.
Cendrawasih No.17 Pinang Jaya
Didirikan : Tahun 1984
Status Tanah dan Bangunan : Milik Pemerintah
Luas Tanah : ± 4.800 m2
Kode Pos : 35158
B.
Waktu
Observasi
Kegiatan
observasi di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Provinsi
Lampung dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 November 2016, mulai pukul
08.00 s.d. selesai.
C.
Objek
Observasi
Obsevator mengobservasi dengan objek
dua orang, yaitu kepala sekolah SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling dan salah
satu guru SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling. Berikut ini merupakan
identitas:
Indentitas:
Nama
: A.Sarkawi, S.Pd
Jabatan
: Kepala Sekolah SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling
NIP
: 19631110 198403 1 007
Nama
: Fitri Rumaini
Jabatan
: Guru Kelas SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling
D.
Aspek
yang di observasi
1. Alasan pelaksanaan pembelajaran
kelas rangkap.
2. Kendala yang dihadapi guru dalam
proses pembelajaran.
3. Upaya yang sudah dilakukan untuk
menangani kendala-kendala yang dihadapi.
4. Faktor penyebab di laksanakannya
pembelajaran kelas rangkap.
E.
Hasil
Observasi
SDN
1 Pinang Jaya berlokasi di Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, Lampung.
Terdapat 6 ruangan di SDN 1 Pinang Jaya yang
digunakan. Kelas yang diampu 10 kelas dengan 10 orang guru dan 1 orang kepala
sekolah. Rata-rata
siswa dari masing-masing kelas lebih dari 25 orang. 9 orang guru serta kepala
sekolah sudah tercatat sebagai PNS, hanya 5 guru tercatat sebagai guru tidak tetap (GTT). Di SDN 1 Pinang Jaya membuat RPP sendiri yang mengacu pada
BSNP. Pembuatan RPP dilakukan tiap hari jum’at, tiap hari atau tiap bulan
disesuaikan dengan kemampuan guru.
Kepala
Sekolah SDN 1 Pinang Jaya ialah Bapak A.Sarkawi, S.Pd. Menurutnya, di SDN 1
Pinang Jaya belum
ada dan belum pernah melaksanakan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Selain itu
juga belum pernah ada sosialisasi mengenai Pembelajaran Kelas Rangkap.
Mengingat guru yang ada di SDN 1 Pinang Jaya berjumlah 15
orang, maka jika ada
guru yang tidak dapat hadir, maka guru yang hadir harus merangkap. Adanya guru
yang tidak hadir, RPP memang sudah direncanakan lebih dahulu agar pada proses
pembelajaran tidak terjadi kekacauan, dan bagi guru yang merangkap tinggal
menjalankan proses pembelajaran.
Untuk
mendukung proses pembelajaran, guru menggunakan alat peraga. Karena
keterbatasan, guru hanya dapat menggunakan alat peraga yang berupa
gambar-gambar saja. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode tanya
jawab, ceramah, observasi, klasikal, cerita, dan bermain. Sumber belajar yang
digunakan SDN 1 Pinang Jaya berasal
dari buku materi pelajaran dan lingkungan alam sekitar.
Tujuan
pembelajaran yang diharapkan adalah anak mampu menguasai seluruh standar
kompetensi. Akan tetapi pada kenyataannya kurang dari 80% dari tujuan
pembelajaran masih belum tercapai dan masih perlu dilakukan evaluasi. Bentuk
evaluasi yang sudah dilaksanakan berupa tes lisan, tertulis, dan penugasan.
F.
Analisis
Data
Pembelajaran
Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang
terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran
diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap
sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan
pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara
dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program
yang berbeda.
Pembelajaran
kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru
mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi
dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda dengan pembelajaran yang telah
direncanakan. PKR juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu
ruang kelas atau lebih dan menghadapi siswa-siswa dengan kemampuan belajar yang
berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Berdasarkan pengamatan lapangan, terdapat enam kelas
yang di pakai untuk 10 rombongan belajar dan diampu oleh 10 orang guru, 4 orang
guru bidang study dan 1 orang kepala sekolah. Mengingat jumlah siswa yang banyak tiap kelasnya serta guru
yang ada di SDN 1 Pinang Jaya berjumlah 15 orang, maka jika ada guru yang tidak dapat hadir,
maka guru yang hadir harus merangkap. Beberapa hal tersebut seharusnya dapat
dijadikan alasan bagi SDN 1 Pinang Jaya untuk
melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap karena hanya terdapat 10 orang guru dan
satu orang kepala sekolah. Perangkapan kelas juga harus disesuaikan dengan
kondisi dan kebutuhan peserta didik.
SDN 1 Pinang Jaya terkadang melakukan
perangkapan kelas ketika terdapat guru yang tidak hadir. Bagi guru yang tidak
hadir, maka harus membuat RPP terlebih dahulu untuk guru yang akan merangkap
kelas yang akan ditinggal. Sehingga guru yang akan merangkap kelas tinggal
menjalankan RPP yang telah direncanakan. Jadi meskipun guru mengajar dua kelas
yang dirangkap, RPP yang dibuat tetap dipisah.
Perangkapan kelas ini terkadang juga menimbulkan
masalah bagi guru dan orang tua peserta didik. Bagi guru, memfokuskan
konsentrasi pada materi yang sedang diajarkan untuk siswa dengan tingkatan
kelas yang berbeda sulit untuk dilakukan. Misalnya untuk kelas III guru dapat
menggunakan metode diskusi, sedangkan untuk kelas V menggunakan metode ceramah.
Dengan begitu peserta didik dapat nyaman dalam pembelajaran dan tidak terganggu
dengan kelas lain.
Perangkapan kelas pun juga menimbulkan kekhawatiran
bagi orang tua peserta didik. Mereka berpikir bahwa dengan perangkapan kelas
ini fokus guru menjadi terpecah dan dapat mengabaikan beberapa siswa. Sudah
menjadi kewajiban bagi guru untuk mengayomi orang tua peserta didik untuk menjelaskan
sistem pembelajaran rangkap kelas. Pembelajaran rangkap kelas ini dilakukan
juga dikarenakan faktor kekurangan guru dan kurangnya ruang kelas yang
tersedia.
Jadi, dalam hal ini pemerintah juga harus berperan
dalam peningkatan kualitas pembelajaran bukan hanya di daerah kota saja tetapi
juga hingga daerah terpencil seperti SDN 1 Pinang Jaya . Dengan keterbatasan,
mereka harus dapat memberikan pelayanan pendidikan yang baik bagi masyarakat
sekitar. Pembelajaran Kelas Rangkap seharusnya disosialisasikan pada setiap
sekolah terutama sekolah yang memiliki keterbatasan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Simpulan
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok
siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di
mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya
difokuskan pada kemajuan individual para siswa. Dalam menerapakannya guru harus
menggunakan beberapa model dan hal itu perlu diperhatikan.
Pembelajaran
kelas rangkap yang dilaksanakan di SDN 1 Pinang Jaya belum berlangsung dengan
baik serta belum memenuhi prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran kelas
rangkap. Pembelajaran kelas rangkap di sekolah tersebut juga belum memenuhi
karakteristik PKR yang ideal. Ketika ada guru yang tidak hadir yang merupakan
alasan melaksanakan PKR, ternyata ada guru yang menggantikan. Guru tersebut
hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa menjelaskan pembelajaran. Siswa juga
kurang aktif dalam pembelajaran.
Ketika yang dihadapi seorang guru
baik ia mengajar di daerah terpencil maupun diperkotaan adalah menghadapi murid
dengan tingkat kemampuan dan kemajuan belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun
dapat terjadi diruang dan tingkat kelas yang sama. Di daerah perkotaan yang
padat penduduknya ada kemungkinan seorang guru menghadapi murid lebih dari 40
atau 50 orang hal ini juga dapat terjadi disatu sekolah favorit karena besarnya
minat orang tua untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut,
sementara jumlah ruang kelas dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi. Sudah
barang tentu, sulit untuk mengharapkan berlangsungnya proses belajar mengajar
yang efektif (Susilowati, dkk.).
Dalam konteks seperti ini maka PKR
dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat. Satu ruang kelas yang tadinya
berjumlah 40 orang atau lebih, yang diajar oleh seorang guru pada waktu dan
dalam mata pelajaran yang sama maka dengan PKR dimungkinkan memilah murid
menjadi dua kelas atau lebih subkelas yang terdiri atas 10-20 murid. Disetiap subkelas
inilah, dalam waktu yang hamper bersamaan, berlangsung pembelajaran denga
bimbingan guru, tutor sebaya atau tutor kakak. Dengan demikan, pengertian
perangkapan tidak lagi semata-mata dilihat dari dua atau lebih tingkat kelas
yang berbeda, tetapi juga dalam satu tingkat kelas yang sama, namun terdiri
dari murid dengan tingkat kemampuan dan
kemajuan yang berbeda. Perbedaan kemampuan dan kemajuan diantara murid pada
tingkat kelas yang sama dapat terjadi tidak hanya dalam satu mata pelajaran
yang sama, tetapi juga dalam mata pelajaran yang brrbeda.
Namun saat ini pengertian PKR di
Indonesia ditekankan pada mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda
pada waktu yang sama (Susilowati, dkk.).
B.
Saran
Sekolah
yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah tersebut hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika pelaksanaan terwujud dalam
sekolah tersebut dapat menjadi Pembelajaran Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang
ideal yang secara terencana menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan
belajar menjadi menyenangkan dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan
sumber belajar, murid aktif, iklim kelas ceria, menyenangkan sehingga muncul
kerja sama dan persaingan yang sehat antar murid.
Kk tolong daftar pustaka nya
BalasHapusKk tolong daftar pustaka nya
BalasHapusTolong daftar pustakanya dek
BalasHapusDaftar pustakanya tidak ada kak?
BalasHapusmohon ijin save dan terimakasih sangat membantu..
BalasHapus