MAKALAH PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP




BAB I
PENDAHULUAN


A.           Latar Belakang
Pembelajaran kelas rangkap merupakan suatu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda. PKR juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi murid-murid dengan kemampuan belajar yang berbeda.
Dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah, tidak selamanya guru SD atau guru kelas bisa terus mengajar. Ada kalanya, guru tersebut ada halangan yang menyebabkannya tidak bisa hadir menjalankan tugasnya sebagai guru yaitu melaksankan pembelajaran di sekolah. Akibat kekurangan guru mungkin saja akan menghambat pelaksanaan tugas pembelajaran dan hak siswa dalam menuntut ilmu di SDN 1 Pinang Jaya.
Maka dari itu, pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap tidak bisa dihindarkan. Untuk memenuhi hak siswa mendapatkan pembelajaran yang semestinya. Pembelajaran harus tetap berlangsung. Guru akan mendapatkan pemahaman bahwa PKR adalah suatu tantangan dan kenyataan tersebut harus dihadapai sebagai tugas guru SD. Di samping itu PKR, bukan saja sekedar kenyataan yang harus dihadapi oleh guru, tetapi PKR juga mempunyai beberapa kelebihan yang tidak dimiliki oleh guru yang tidak mengajar di kelas rangkap.
Dalam laporan ini akan dibahas dari teori mengenai PKR dengan pelaksanaan PKR di lapangan. Meskipun tidak berada di daerah terpencil ternyata pelaksanaan PKR masih dibutuhkan. Kita akan melihat bagaimana pelaksanaan PKR pada daerah perkotaan yang ternyata kondisi sekolahnya masih bagus.



B.  Rumusan Masalah
1.    Mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung?
2.    Faktor-faktor apa saja yang menjadikan suatu sekolah dapat menjalankan PKR?
3.    Kendala apa yang dihadapi saat pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung?
4.    Bagaimanakah sarana dan prasarana kelas dalam mendukung kegiatan pembelajaran kelas rangkap?
5.    Bagaimanakah penyusunan rencana pembelajaran kelas rangkap di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung?
6.    Bagaimana model dan prinsip apa dalam pengelolaan kelas di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung?

C.  Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari laporan observasi ini adalah:
1.    Menjelaskan mengapa pembelajaran kelas rangkap diperlukan di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadikan suatu sekolah dapat menjalankan PKR.
3.    Mengetahui proses pembelajaran serta kendala apa yang dapat terjadi pada proses PKR.
4.    Untuk mengetahui sarana dan prasarana kelas dalam mendukung kegiatan pembelajaran kelas rangkap.
5.    Untuk mengetahui penyusunan rencana pembelajaran kelas rangkap di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.
6.    Untuk mengetahui model dan prinsip dalam pengelolaan kelas di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung.

D.  Manfaat Penulisan
Kegiatan observasi memberi manfaat bagi mahasiswa PGSD sebagai bekal untuk mengajar di SD dan memberi pengalaman serta pengetahuan tentang keadaan lingkungan sekolah dasar yang meemiliki beberapa keterbatasan dalam pembelajaran. Sehingga diharapkan mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan dan pengalaman yang pada akhirnya dapat menjadi tenaga profesional yang mampu mengadakan inovasi dalam bidang pendidikan.

E.  Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada observasi di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung dilakukan dengan menggunakan teknik nontes yaitu observasi dan wawancara.
1.    Observasi ( pengamatan )
Yaitu teknik atau cara mengamati suatu keadaan atau suatu kegiatan (tingkah laku). Yang paling berperan disini adalah panca indra atau pengindraan terutama indra penglihatan, dan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Dilakukan sesuai dengan tujuan yang dirumuskan terlebih dahulu.
b.      Direncanakan secara sistematis.
c.       Hasilnya dicatat dan diolah sesuai tujuan.
d.      Perlu diperiksa ketelitiannya.

2.      Wawancara
Wawancara merupakam teknik untuk mengumpulkan informasi melalui komunikasi langsung dengan responden atau orang yang diminta informasi.















BAB II
LANDASAN TEORI

A.  Pengertian Pembelajaran Kelas Rangkap
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda dengan pembelajaran yang telah direncanakan. PKR juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi siswa-siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda.

B.  Alasan Diadakannya Kelas Rangkap
Beberapa hala yang mendasari yang mejadi alasan mengapa pembelajaran kelas rangkap (PKR) diperlukan, yaitu sebagai berikut.
a.    Alasan Geografis
Sulitnya lokasi, terbatasnya sarana transportasi, permukiman yang berpindah-pindah dan adanya mata pencaharian khusus, seperti menangkap ikan, menebang kayu dan sebagainya, mendorong penggunaan PKR. Saat itu (1995), demam mencari emas sedang memanas di Kalimantan Tengah. Di desa karombang misalnya, diantara penambang mas tradisional ada yang memboyong anak-anaknya yang sudah berumur seusia anak SD. Di antaranya bahkan ada yang sudah duduk di SD. Dengan kondisi ini, sekolah dengan satu guru (one-school teacher) adalah solusinya.
b.    Alasan Demografis
Untuk mengajar murid dalam jumlah yang kecil, apa lagi tinggal di daerah pemukiman yang amat jarang maka PKR dinilai sebagai pendekatan pembelajaran yang praktis..
c.    Kekurangan Guru
Walaupun jumlah guru secara keseluruhan mencukupi, sulit untuk mencari guru yang dengan suka cita mengajar di daerah terpencil. Praktik penempatan guru SD mirip kerucut terbalik. Yang lancip adalah SD di daerah terpencil dan jumlah guru yang tersedia bertugas di daerah terpencil. Terbatasnya sarana transportasi, alat dan media komunikasi dapat menciutkan nyali guru untuk bertugas di daerah terpencil. Belum lagi harga keperluan sehari-hari yang jauh lebih mahal daripada di daerah perkotaan, sementara besarnya gaji yang diterima tidak berbeda. Ditambah dengan tanggal gajian yang lambat dan tidak teratur, dan terbatasnya peluang untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan lanjutan, serta pengembangan karier maka lengkaplah sudah minat guru untuk mengadu nasib di daerah terpencil.
d.   Terbatasnya ruang kelas
Walau jumlah muridnya cukup besar, jumlah ruang kelas yang tersedia jauh lebih kecil daripada rombongan belajar. Salah satu jalan untuk mengarasi masalah ini adalah menggabungkan dua atau lebih rombongan yang diajar oleh seorang guru, dan tentu saja PKR diperlukan.
e.    Kehadiran guru
Alasan ini tidak hanya berlaku bagi SD daerah terpencil, di kota besar pun juga berlaku. Seperti di Jakarta, musibah banjir dapat menghambat guru untuk datang mengajar. Guru yang tidak kena musibah atau beruntung karena berumah dekat sekolah, harus mengajar kelas yang tidak ada gurunya.
f.     Alasan lainnya
Ketika yang dihadapi seorang guru baik ia mengajar di daerah terpencil maupun diperkotaan adalah menghadapi murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun dapat terjadi diruang dan tingkat kelas yang sama. Di daerah perkotaan yang padat penduduknya ada kemungkinan seorang guru menghadapi murid lebih dari 40 atau 50 orang hal ini juga dapat terjadi disatu sekolah favorit karena besarnya minat orang tua untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut, sementara jumlah ruang kelas dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi. Sudah barang tentu, sulit untuk mengharapkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif (Susilowati, dkk.).
Dalam konteks seperti ini maka PKR dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat. Satu ruang kelas yang tadinya berjumlah 40 orang atau lebih, yang diajar oleh seorang guru pada waktu dan dalam mata pelajaran yang sama maka dengan PKR dimungkinkan memilah murid menjadi dua kelas atau lebih subkelas yang terdiri atas 10-20 murid. Disetiap subkelas inilah, dalam waktu yang hamper bersamaan, berlangsung pembelajaran denga bimbingan guru, tutor sebaya atau tutor kakak. Dengan demikan, pengertian perangkapan tidak lagi semata-mata dilihat dari dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda, tetapi juga dalam satu tingkat kelas yang sama, namun terdiri dari murid  dengan tingkat kemampuan dan kemajuan yang berbeda. Perbedaan kemampuan dan kemajuan diantara murid pada tingkat kelas yang sama dapat terjadi tidak hanya dalam satu mata pelajaran yang sama, tetapi juga dalam mata pelajaran yang brrbeda.
Namun saat ini pengertian PKR di Indonesia ditekankan pada mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda pada waktu yang sama (Susilowati, dkk.).

C.  Tujuan, Fungsi, Dan Manfaat PKR
Adapun  tujuan, fungsi, dan manfaat PKR dapat kita kaji dari aspek berikut :
1.    Quantity dan Equity
Dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada, PKR memungkinkan kita untuk memenuhi asas quantity (jumlah) dan equity (pemerataan). Dengan jumlah guru yang kita miliki saat ini, kita dapat memberikan pelayanan pendidikan dan pengajaran yang lebih luas dan mencakup jumlah murid yang lebih besar jumlahnya, disamping itu kita mampu memberikan layanan yang lebih adil dan merata.
2.    Ekonomis
PKR memungkinkan pemerintah dan masyarakat dapat mengurangi biaya pendidikan. Betapa tidak, dengan seorang guru atau beberapa guru saja proses pembelajaran dapat berlangsung. Demikian juga dengan satu ruang atau beberapa ruang kelas, proses pembelajaran tetap dapat berlangsung. Jadi secara ekonomis biaya pendidikan yang ditanggung oleh pemerintah dan masyarakat akan lebih kecil. Oleh karena itu, dengan jumlah dana pendidikan yang sama, perluasan pelayanan pendidikan dapat diberikan hingga ke daerah yang sulit, kecil, dan terpencil sekalipun.
3.    Pedagogis
Sudah seringkali bahwa pendidikan kita di kritik sebagai sistem yang belum mampu menghasilkan lulusan atau tenaga kerja yang mandiri. Lulusan kita dinilai kurang kreatif, bahkan cenderung pasif dan mudah menyerah. Pengalaman sejumlah negara yang mempraktikkan PKR menunjukkan bahwa, strategi ini mampu meningkatkan kemandirian murid. Apabila Anda mempelajari lebih lanjut pembahasan unit-unit dalam PKR, maka Anda akan menyimak bahwa seorang guru dalam PKR akan berusaha agar murid aktif dan mandiri.
4.    Keamanan
Dengan pendekatan PKR, pemerintah dapat mendirikan SD di lokasi yang mudah dijangkau oleh anak. Dengan demikian kekawatiran orang tua terhadap keselamatan anaknya berkurang. Mengunjungi SD yang jauh dapat menyebabkan anak terlambat masuk sekolah, meningkatnya pengulangan kelas atau putus sekolah. Bahkan mungkin saja terjadi kecelakaan pada saat murid pergi atau pulang sekolah.

D.  Prinsip yang Mendasari PKR
PKR mempunyai prinsip khusus sebagai berikut:
a.       Keserempakan Kegiatan Pembelajaran
Dalam PKR guru menghadapi dua kelas atau lebih pada waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, prinsip utama PKR adalah kegiatan belajar mengajar terjadi secara bersamaan atau serempak. Kegiatan yang terjadi secara serempak itu harus bermakna, artinya kegiatan tersebut mempunyai tujuan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum atau kebutuhan siswa dan dikelola dengan benar. Dengan demikian, jika ada kegiatan yang dikerjakan siswa hanya untuk mengisi kekosongan saja , maka bukan PKR yang diharapkan.
b.      Kadar Waktu Keaktifan Akademik (WKA) tinggi.
Selama PKR berlangsung, siswa aktif menghayati pengalaman belajar yang bermakna. PKR tidak memberi toleransi pada banyaknya WKA yang hilang karena guru tidak terampil mengelola kelas. Misalnya, waktu tunggu yang lama, pembentukan kelompok yang lamban, atau pindah kelas yang memakan waktu. Makin banyak waktu yang terbuang, maka makin rendah kadar WKA.
c.       Kontak Psikologis guru dan siswa yang berkelanjutan
Dalam PKR, guru harus selalu berusaha dengan berbagai cara agar semua siswa merasa mendapat perhatian dari guru secara terus-menerus. Agar mampu melakukan hal ini, guru harus menguasai berbagai teknik. Menghadapi dua kelas atau lebih pada saat yang bersamaan dan kemudian mampu meyakinkan siswa bahwa guru selalu berada bersama mereka, bukan pekerjaan yang mudah. Guru harus mampu melakukan tindakan instruksional dan tindakan pengelolaan yang tepat.
Tindakan instruksional adalah tindakan yang langsung berkaitan dengan penyampaian isi kurikulum, seperti menjelaskan, memberi tugas, atau mengajukan pertanyaan. Tindakan pengelolaan adalah tindakan yang berkaitan dengan penciptaan dan pengembalian kondisi kelas yang optimal. Misalnya, menunjukkan sikap tanggap dan peka, mengatur tempat duduk, memberi petunjuk yang jelas atau menegur siswa.
d.       Pemanfaatan Sumber Secara Efisien
Sumber dapat berupa peralatan/sarana, orang dan waktu. Agar terjadi WKA yang tinggi, semua jenis sumber harus dimanfaatkan secara efisien. Lingkungan, barang bekas, dan segala peralatan yang ada di sekolah dapat dimanfaatkan oleh guru PKR. Demikian dengan orang dan waktu. Siswa yang pandai dapat dimanfaatkan sebagai tutor. Waktu harus dikelola dengan cermat sehingga menghasilkan WKA yang berkadar tinggi.
e.       Membiasakan siswa untuk mandiri
Apabila guru mampu menerapkan keempat prinsip di atas, maka siswa akan terbiasa mandiri. Kemampuan siswa untuk belajar mandiri akan memungkinkan guru PKR mengelola pembelajaran secara lebih baik sehingga kadar WKA menjadi semakin tinggi.
E.  Karakteristik PKR yang ideal
Ada beberapa ciri PKR dikatakan sebagai suatu pembelajaran yang ideal misalnya :
a.    Kelas tampak hidup, siswa tampak lebih ceria.
b.    Proses belajar berlangsung serempak, apalagi siswa yang berbeda tingkat kelas ada dalam satu ruang.
c.    Guru memanfaatkan ruang kelas yang ada dengan menciptakan sudut sumber belajar.
d.   Siswa aktif, konsep CBSA yang sebenarnya nampak.
e.    Adanya asas kooperatif-kompetitif, siswa bersemangat mengerjakan tugas.
f.     Belajar sambil bermain.
g.    Ada berhatian khusus bagi siswa yang lambat dan yang cepat.
h.    Guru menggunakan berbagai seumber belajar.
i.      Prinsip perangkapan kelas tidak hanya dalam bentuk mengajar dua tingkat kelas atau lebih dalam satu ruang kelas atau lebih dan dalam waktu yang bersamaan.
j.      Guru dapat memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan siswa.

Untuk dapat menciptakan dan memelihara suasana kelas yang memungkinkan optimal kualitas pembelajarannya dan keterlibatan siswa, perlu pengelolaan kelas yang baik. Keterampilan mengelola kelas mencakup kemampuan guru untuk :

o  Menciptakan dan memelihara situasi kelas yang optimal
Situasi kelas yang optimal ditandai oleh tingginya waktu yang digunakan untuk mendorong siswa melakukan tugas-tugas, dan waktu yang digunakan oleh siswa untuk melibatkan diri dalam interaksi kelas. Untuk dapat menciptakan situasi tersebut guru sebaiknya terampil dalam:
1)   Menanggapi dengan penuh perhatian hal-hal yang mengganggu jalannya interaksi belajar mengajar.
2)   Memeratakan perhatian terhadap semua kelompok secara visual maupun verbal. Bicara dengan jelas sehingga semua siswa mendengar, arahkan pandangan ke semua siswa.
3)   Memberikan penugasan kepada kelompok dengan jelas sehingga siswa-siswa memahami tugas dan peranan serta tanggung jawabnya dalam kegiatan belajarmengajar.
4)   Memberi teguran dengan arif dan bijaksana bila melihat terjadinya perilaku menyimpang dari siswa.
5)   Memberikan penguatan verbal, gestural, kegiatan, kedekatan dan token sesuai dengan keperluan dan situasi secara wajar.

o  Mengendalikan kondisi belajar yang optimal
Bila ada siswa yang berperilaku yang menyimpang janganlah dibiarkan, tetapi harus dikendalikan. Hakikat belajar adalah perubahan, maka bila Anda melihat adanya perilaku menyimpang harus segera Anda ubah menjadi perilaku yang baik. Mengubah perilaku menyimpang dapat dilakukan dengan cara:
1)      Mengajarkan dan memberi contoh perilaku yang diinginkan.
2)      Menguatkan perilaku yang baik dengan pujian yang wajar.
3)      Memberi hukuman dengan cara yang benar dan wajar terhadap perilaku menyimpang.

F.   Peran Guru dalam PKR
a.    Sebagai perancang kurikulum
Hal ini bukan berarti guru menyimpang dari kurikulum yang berlaku bahkan untuk membuat yang baru. Tetapi di daerah terpencil yang serba sulit dan serba kurang, tidak semua butir yang tercantum dalam kurikulum mungkin dilaksanakan dengan memadai. Seringkali mengajarkannya dengan secara berurutanpun mengalami kesulitan. Oleh karena itu guru PKR harus memilih butir atau bagian kurikulum yang memerlukan penekanan. Atas dasar butir-butir itu guru memutuskan konsep dan fakta yang akan diajarkannya dan mengurutkan kembali tujuan instruksional yang ingin dicapainya berdasarkan tingkat/kelas yang akan diajarkannya.
b.    Sebagai sumber informasi yang kreatif
Guru PKR harus kreatif, ia bukan saja menjadi sumber informasi tatapi juga sebagai manusia sumber, berperan untuk memecahkan keadaan yang serba kurang. Ia harus memberi arahan kepada muridnya agar mereka tidak membuang-buang waktu dan tenaga, agar setiap murid terlibat dalam segala macam kegiatan. Guru PKR senantiasa berusaha untuk mengaitkan mata pelajaran yang diajarkannya dengan kegiatan yang lazim dilakukan anak dalam kehidupan mereka sehari-hari. Kaitan itu pun harus disesuaikan dengan lingkungan mereka.
c.       Sebagai Administrator
Agar dapat mencapai hasil yang maksimal, guru PKR harus merencanakan dan mengatur kelasnya dan jadwal pelajaran dengan seksama. Hasil maksimal dapat dicapai jika guru PKR dapat melibatkan muridnya secara aktif, bukan saja untuk belajar tetapi juga dapat membantu guru mengajar teman-temannya yang tertinggal. Guru PKR juga harus mampu memanfaatkan segenap sumber daya yang ada di desa, termasuk penduduk setempat untuk membantu berlangsungnya proses pembelajaran dan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran.
d.       Sebagai seorang professional.
Guru PKR senantiasa berusaha untuk meningkatkan kompetensinya dan meningkatkan gaya mengajarnya. Walapun kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan bagi sebagian guru yang ada di daerah terpencil sulit diwujutkan, tetapi niat profesional harus tetap dipelihara dan yang penting semangat itu selalu ada. Salah satu ciri seorang guru professional adalah juga tidak cepat putus asa.
e.       Sebagai agen pembawa perubahan
Guru berperan sebagai pengayom dan juga sebagai sosok yang mewakili misi moral dan nilai dari masyarakat tempat dimana ia bertugas. Guru harus berusaha keras untuk mendatangkan perubahan yang positif terhadap sikap dan perilaku anggota masyarakat melalui proses pembelajaran di sekolah dan melalui interaksi dengan anggota masyarakat setempat.

G. Model Pembelajaran Kelas Rangkap
Beberapa model yang sering digunakan dalam PKR adalah sebagai berikut :
a.       Model PKR 221 : Dua Kelas, Dua Mata pelajaran, Satu Ruangan.
b.      Model PKR 222 : Dua Kelas, Dua Mata Pelajaran, Dua Ruangan.
c.       Model PKR 333 : Tiga Kelas, Tiga Mata Pelajaran, Tiga Ruangan.





BAB III
PEMBAHASAN

A.    Tempat Observasi
Observator melakukan kegiatan observasi di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung.
Identitas Sekolah
Nama Sekolah                         : SDN 1 Pinang Jaya Kec. Kemiling
Alamat                                                : Jl. Cendrawasih No.17 Pinang Jaya
Didirikan                                 : Tahun 1984
Status Tanah dan Bangunan   : Milik Pemerintah
Luas Tanah                              : ± 4.800 m2
Kode Pos                                : 35158

B.     Waktu Observasi
Kegiatan observasi di SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 10 November 2016, mulai pukul 08.00 s.d. selesai.

C.    Objek Observasi
Obsevator mengobservasi dengan objek dua orang, yaitu kepala sekolah SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling dan salah satu guru SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling. Berikut ini merupakan identitas:
Indentitas:
Nama               : A.Sarkawi, S.Pd
Jabatan             : Kepala Sekolah SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling
NIP                  : 19631110 198403 1 007

Nama               : Fitri Rumaini
Jabatan             : Guru Kelas SDN 1 Pinang Jaya Kecamatan Kemiling
D.    Aspek yang di observasi
1.    Alasan pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap.
2.    Kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran.
3.    Upaya yang sudah dilakukan untuk menangani kendala-kendala yang dihadapi.
4.    Faktor penyebab di laksanakannya pembelajaran kelas rangkap.

E.     Hasil Observasi
SDN 1 Pinang Jaya berlokasi di Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung, Lampung. Terdapat 6 ruangan di SDN 1 Pinang Jaya yang digunakan. Kelas yang diampu 10 kelas dengan 10 orang guru dan 1 orang kepala sekolah. Rata-rata siswa dari masing-masing kelas lebih dari 25 orang. 9 orang guru serta kepala sekolah sudah tercatat sebagai PNS, hanya 5 guru tercatat sebagai guru tidak tetap (GTT). Di SDN 1 Pinang Jaya membuat RPP sendiri yang mengacu pada BSNP. Pembuatan RPP dilakukan tiap hari jum’at, tiap hari atau tiap bulan disesuaikan dengan kemampuan guru.
Kepala Sekolah SDN 1 Pinang Jaya ialah Bapak A.Sarkawi, S.Pd. Menurutnya, di SDN 1 Pinang Jaya belum ada dan belum pernah melaksanakan Pembelajaran Kelas Rangkap (PKR). Selain itu juga belum pernah ada sosialisasi mengenai Pembelajaran Kelas Rangkap. Mengingat guru yang ada di SDN 1 Pinang Jaya  berjumlah 15 orang, maka jika ada guru yang tidak dapat hadir, maka guru yang hadir harus merangkap. Adanya guru yang tidak hadir, RPP memang sudah direncanakan lebih dahulu agar pada proses pembelajaran tidak terjadi kekacauan, dan bagi guru yang merangkap tinggal menjalankan proses pembelajaran.
Untuk mendukung proses pembelajaran, guru menggunakan  alat peraga. Karena keterbatasan, guru hanya dapat menggunakan alat peraga yang berupa gambar-gambar saja. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode tanya jawab, ceramah, observasi, klasikal, cerita, dan bermain. Sumber belajar yang digunakan SDN 1 Pinang Jaya berasal dari buku materi pelajaran dan lingkungan alam sekitar.
Tujuan pembelajaran yang diharapkan adalah anak mampu menguasai seluruh standar kompetensi. Akan tetapi pada kenyataannya kurang dari 80% dari tujuan pembelajaran masih belum tercapai dan masih perlu dilakukan evaluasi. Bentuk evaluasi yang sudah dilaksanakan berupa tes lisan, tertulis, dan penugasan.

F.     Analisis Data
Pembelajaran Kelas Rangkap merupakan model pembelajaran dengan mencampur beberapa siswa yang terdiri dari dua atau tiga tingkatan kelas dalam satu kelas dan pembelajaran diberikan oleh satu guru saja untuk beberapa waktu. Pembelajaran kelas rangkap sangat menekankan dua hal utama, yaitu kelas digabung secara terintegrasi dan pembelajaran terpusat pada siswa sehingga guru tidak perlu berlari-lari antara dua ruang kelas untuk mengajar dua tingkatan kelas yang berbeda dengan program yang berbeda.
Pembelajaran kelas rangkap adalah satu bentuk pembelajaran yang mempersyaratkan seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih, dalam waktu yang sama, dan menghadapi dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda dengan pembelajaran yang telah direncanakan. PKR juga mengandung arti bahwa, seorang guru mengajar dalam satu ruang kelas atau lebih dan menghadapi siswa-siswa dengan kemampuan belajar yang berbeda (IG.AK.Wardhani, 1998).
Berdasarkan pengamatan lapangan, terdapat enam kelas yang di pakai untuk 10 rombongan belajar dan diampu oleh 10 orang guru, 4 orang guru bidang study dan 1 orang kepala sekolah. Mengingat jumlah siswa yang banyak tiap kelasnya serta guru yang ada di SDN 1 Pinang Jaya  berjumlah 15 orang, maka jika ada guru yang tidak dapat hadir, maka guru yang hadir harus merangkap. Beberapa hal tersebut seharusnya dapat dijadikan alasan bagi SDN 1 Pinang Jaya  untuk melakukan Pembelajaran Kelas Rangkap karena hanya terdapat 10 orang guru dan satu orang kepala sekolah. Perangkapan kelas juga harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.
SDN 1 Pinang Jaya  terkadang melakukan perangkapan kelas ketika terdapat guru yang tidak hadir. Bagi guru yang tidak hadir, maka harus membuat RPP terlebih dahulu untuk guru yang akan merangkap kelas yang akan ditinggal. Sehingga guru yang akan merangkap kelas tinggal menjalankan RPP yang telah direncanakan. Jadi meskipun guru mengajar dua kelas yang dirangkap, RPP yang dibuat tetap dipisah.
Perangkapan kelas ini terkadang juga menimbulkan masalah bagi guru dan orang tua peserta didik. Bagi guru, memfokuskan konsentrasi pada materi yang sedang diajarkan untuk siswa dengan tingkatan kelas yang berbeda sulit untuk dilakukan. Misalnya untuk kelas III guru dapat menggunakan metode diskusi, sedangkan untuk kelas V menggunakan metode ceramah. Dengan begitu peserta didik dapat nyaman dalam pembelajaran dan tidak terganggu dengan kelas lain.
Perangkapan kelas pun juga menimbulkan kekhawatiran bagi orang tua peserta didik. Mereka berpikir bahwa dengan perangkapan kelas ini fokus guru menjadi terpecah dan dapat mengabaikan beberapa siswa. Sudah menjadi kewajiban bagi guru untuk mengayomi orang tua peserta didik untuk menjelaskan sistem pembelajaran rangkap kelas. Pembelajaran rangkap kelas ini dilakukan juga dikarenakan faktor kekurangan guru dan kurangnya ruang kelas yang tersedia.
Jadi, dalam hal ini pemerintah juga harus berperan dalam peningkatan kualitas pembelajaran bukan hanya di daerah kota saja tetapi juga hingga daerah terpencil seperti SDN 1 Pinang Jaya . Dengan keterbatasan, mereka harus dapat memberikan pelayanan pendidikan yang baik bagi masyarakat sekitar. Pembelajaran Kelas Rangkap seharusnya disosialisasikan pada setiap sekolah terutama sekolah yang memiliki keterbatasan.















BAB IV
PENUTUP

A.    Simpulan
Pembelajaran Kelas Rangkap adalah penggabungan sekelompok siswa yang mempunyai perbedaan usia, kemampuan, minat, dan tingkatan kelas, di mana dikelola oleh seorang guru atau beberapa guru yang dalam pembelajarannya difokuskan pada kemajuan individual para siswa. Dalam menerapakannya guru harus menggunakan beberapa model dan hal itu perlu diperhatikan.
Pembelajaran kelas rangkap yang dilaksanakan di SDN 1 Pinang Jaya belum berlangsung dengan baik serta belum memenuhi prinsip-prinsip pelaksanaan pembelajaran kelas rangkap. Pembelajaran kelas rangkap di sekolah tersebut juga belum memenuhi karakteristik PKR yang ideal. Ketika ada guru yang tidak hadir yang merupakan alasan melaksanakan PKR, ternyata ada guru yang menggantikan. Guru tersebut hanya memberikan tugas kepada siswa tanpa menjelaskan pembelajaran. Siswa juga kurang aktif dalam pembelajaran.
Ketika yang dihadapi seorang guru baik ia mengajar di daerah terpencil maupun diperkotaan adalah menghadapi murid dengan tingkat kemampuan dan kemajuan belajar yang berbeda. Bahkan hal ini pun dapat terjadi diruang dan tingkat kelas yang sama. Di daerah perkotaan yang padat penduduknya ada kemungkinan seorang guru menghadapi murid lebih dari 40 atau 50 orang hal ini juga dapat terjadi disatu sekolah favorit karena besarnya minat orang tua untuk mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah tersebut, sementara jumlah ruang kelas dan mungkin pula gurunya tidak mencukupi. Sudah barang tentu, sulit untuk mengharapkan berlangsungnya proses belajar mengajar yang efektif (Susilowati, dkk.).
Dalam konteks seperti ini maka PKR dapat menjadi salah satu pilihan yang tepat. Satu ruang kelas yang tadinya berjumlah 40 orang atau lebih, yang diajar oleh seorang guru pada waktu dan dalam mata pelajaran yang sama maka dengan PKR dimungkinkan memilah murid menjadi dua kelas atau lebih subkelas yang terdiri atas 10-20 murid. Disetiap subkelas inilah, dalam waktu yang hamper bersamaan, berlangsung pembelajaran denga bimbingan guru, tutor sebaya atau tutor kakak. Dengan demikan, pengertian perangkapan tidak lagi semata-mata dilihat dari dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda, tetapi juga dalam satu tingkat kelas yang sama, namun terdiri dari murid  dengan tingkat kemampuan dan kemajuan yang berbeda. Perbedaan kemampuan dan kemajuan diantara murid pada tingkat kelas yang sama dapat terjadi tidak hanya dalam satu mata pelajaran yang sama, tetapi juga dalam mata pelajaran yang brrbeda.
Namun saat ini pengertian PKR di Indonesia ditekankan pada mengajar dua atau lebih tingkat kelas yang berbeda pada waktu yang sama (Susilowati, dkk.).

B.     Saran
Sekolah yang memungkinkan terlaksananya PKR dalam sekolah tersebut hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip PKR agar nantinya jika pelaksanaan terwujud dalam sekolah tersebut dapat menjadi Pembelajaran Kelas Rangkap yang ideal. PKR yang ideal yang secara terencana menerapkan prinsip-prinsip PKR akan menyebabkan belajar menjadi menyenangkan dan menantang, guru menjadi kreatif memanfaatkan sumber belajar, murid aktif, iklim kelas ceria, menyenangkan sehingga muncul kerja sama dan persaingan yang sehat antar murid.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Komputer dan Media Pembelajaran

MAKALAH KOMPUTER DAN MEDIA PEMBELAJARAN